Tadi pagi baru denger cerita tentang kakek-kakek yang biasa jual tali sepatu depan kampus. Temen gue cerita kalo ternyata itu kakek aslinya dari garut, disini ngerantau gitu. Disini, di nangor dia gak punya tempat tinggal, kalo tidur di musollah sekre ukm. Sang kakek juga ternyata suka bantu beres-beres musolah walau tanpa tanda imbalan. Dia udah nyoba buat jadi karyawan tapi ditolak sama kampus dengan alasan ‘sudah terlalu tua’. Akhirnya itu kakek ya beresin tanpa adanya imbalan. Mungkin hanya dari anak-anak ukm aja yang tau.
Balik ke profesi asli kakek itu yang seorang penjual tali sepatu ya. Tali sepatu yang dia jual itu harganya Rp.5000 per sepasang tali. Sementara harga aslinya kurang lebih Rp.4000, berarti untung Cuma Rp.1000. Tiap hari dia jualan, tapi gak banyak juga yang beli atau bahkan kadang gak ada yang beli.
Suatu hari ada seorang mahasiswa yang beli tali sepatu di kakek itu, si kakek bersyukur banget masih ada yang beli tali sepatunya. Dia pun cerita mengenai sekilas kehidupannya sama si mahasiswa ini. Si kakek ini asalnya dari Garut, punya 12 orang anak. Beberapa memang sudah menikah dan hidupnya udah misah sama si kakek ini, tapi anaknya yang lain? masih banyak juga dan masih bersekolah. Si bapak ternyata tiap hari, dari hasil penjualan tali sepatu ngumpulin uang buat beli 20 liter beras. Dan dia baru akan pulang ke Garut setelah berhasil mengumpulkan uang untuk membeli 20 liter beras ini. Kebayang dengan keuntungan penjualan, harus berapa lama kakek ini ngumpulin uang? harus sampe kapan si kakek ini berjualan tali sepatu?
Dari uang penjualan itu, si kakek tabungin terus. Sementara buat makan? entah dari mana. Sungguh miris sekali.
Jujur gue ngerasa jahat. Gue sering ketemu si kakek yang nawarin tali tapi gak pernah beli. Lebay mungkin tapi gue memang ngerasa jahat setelah tau fakta ini.
Dan sebenarnya kita ada untuk orang lain, baik yang kita kenal atau belum kita kenal.
Mata ada untuk melihat keadaan sekitar,
Telinga untuk mendengar bahagia dan tangis mereka
Hidung untuk mencium segarnya alam atau sekarang, mencium polusi dimana-mana
Mulut untuk berbicara yang membangun dan menyampaikan kebaikan
Tangan untuk merangkul dan menggenggam tangan mereka yang membutuhkan
Kaki untuk melangkah menuju masa depan cerah
Kita, manusia ada untuk mereka, panca indera dan anggota tubuh lainnya adalah untuk kepekaan kita terhadap semuanya
Kapan mau mulai manusia seutuhnya?